Beranda | Artikel
KEUTAMAAN IKHLAS
Sabtu, 12 Juni 2021

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ –رَضِيَ الله عَنْهُ – قَالَ :قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ ﷺ :  إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلِكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

Dari Abu Hurairah رضي الله عنه , ia berkata: Nabi ﷺ telah bersabda,”Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian”.

Di dalam Al Quran, Allah memuji orang-orang yang ikhlas. Mereka tidak menghendaki dari amalnya tersebut, kecuali wajah Allah dan keridhaanNya. Tidak terpengaruh dengan apa-apa yang berada dibalik keridhaan dan pujian manusia. Mereka adalah orang-orang yang berbuat kebajikan, menolong orang lain dan memberi makan karena mengharap wajah Allah. Mereka tidak mengharapkan balasan dan ucapan terimakasih dari seorang pun. Di antara mereka, ada yang berinfaq mencari keridhaan Allah.

Rasulullah ﷺ disuruh bersabar bersama orang-orang yang selalu berdo‘a kepada Allah karena mengharap wajahNya. Mereka itulah yang disebutkan Allah dalam firmanNya :

﴿ اِنَّ الْاَبْرَارَ يَشْرَبُوْنَ مِنْ كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُوْرًاۚ – عَيْنًا يَّشْرَبُ بِهَا عِبَادُ اللّٰهِ يُفَجِّرُوْنَهَا تَفْجِيْرًا – يُوْفُوْنَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُوْنَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهٗ مُسْتَطِيْرًا – وَيُطْعِمُوْنَ الطَّعَامَ عَلٰى حُبِّهٖ مِسْكِيْنًا وَّيَتِيْمًا وَّاَسِيْرًا – اِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللّٰهِ لَا نُرِيْدُ مِنْكُمْ جَزَاۤءً وَّلَا شُكُوْرًا – اِنَّا نَخَافُ مِنْ رَّبِّنَا يَوْمًا عَبُوْسًا قَمْطَرِيْرًا ﴾

Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan, minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur, (yaitu) mata air (dalam surga); yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya. Mereka menunaikan nadzar dan takut akan suatu hari yang adzabnya merata dimana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya kami takut akan adzab (yang datang) dari Rabb kami, pada suatu hari; yang (pada hari itu orang-orang bermuka) masam, penuh kesulitan. (QS Al Insan : 5-10).

﴿ وَمَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاۤءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ وَتَثْبِيْتًا مِّنْ اَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍۢ بِرَبْوَةٍ اَصَابَهَا وَابِلٌ فَاٰتَتْ اُكُلَهَا ضِعْفَيْنِۚ فَاِنْ لَّمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ ۗوَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ  ﴾

Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat. (QS Al Baqarah: 265)

﴿ وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدٰوةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهٗ وَلَا تَعْدُ عَيْنٰكَ عَنْهُمْۚ تُرِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَلَا تُطِعْ مَنْ اَغْفَلْنَا قَلْبَهٗ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ وَكَانَ اَمْرُهٗ فُرُطًا  ﴾

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang yang menyeru Rabb-nya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaanNya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharap perhiasan kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya, dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS Al Kahfi : 28).

 DI ANTARA KEUTAMAAN IKHLAS DAN BUAHNYA

  1. Seseorang yang ikhlas dan beramal karena Allah, maka di dunia dia akan dapat bertawassul (mencari perantara) kepada Allah dengan amalnya yang ikhlas karena Allah itu, agar dia selamat dari setiap kesulitan dan kesusahan serta musibah yang menimpanya.
    Di dalam hadits shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim, dari sahabat Abdullah bin Umar bin Khaththab رضي الله عنه  , dikisahkan tentang tiga orang yang terpaksa bermalam di dalamgua, kemudian tiba-tiba ada sebuah batu besar jatuh dari atas gunung hingga menutup pintu gua itu. Lalu mereka berkata, bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkan mereka, melainkan mereka harus berdo’a kepada Allah dengan (menyebutkan) amal mereka yang paling shalih, …… kemudian mereka menyebutkan amal mereka masing-masing yang ikhlas karena Allah, agar batu itu bergeser dan mereka dapat keluar. Dengan pertolongan Allah, mereka dapat keluar dari gua tersebut.1
  1. Selamatnya Nabi Yusuf عليه السلام dari godaan wanita yang akan menjerumuskannya pada perzinaan disebabkan pertolongan Allah k dan keikhlasannya. Allah عزوجل berfirman, yang artinya:

﴿ وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهٖۙ وَهَمَّ بِهَا ۚ لَوْلَآ اَنْ رَّاٰ بُرْهَانَ رَبِّهٖۗ كَذٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوْۤءَ وَالْفَحْشَاۤءَۗ اِنَّهٗ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِيْنَ  ﴾

Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu, andaikan dia tidak melihat tanda (dari) Rabb-nya. Demikianlah agar kami memalingkan daripadanya kemunkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba Kami yang terpilih. (QS Yusuf : 24).

  1. Seorang ghulam (pemuda) yang mu’min, dengan keikhlasannya dan pertolongan dari Allah, ia mendapat kedudukan yang besar di sisi Allah. Yaitu dengan berimannya sebagian besar rakyat dengan kematiannya. Dia menyuruh Sang Raja yang sangat menginginkan kematiannya, bila ingin membunuhnya, maka Sang Raja harus mengatakan بِسْمِ اللَّهِ بِرَبِّ الغُلَامِ di hadapan rakyatnya. Lalu dilepaskan anak panah dan matilah anak muda ini. Seketika itu juga, rakyat yang menyaksikan kejadian ini berucap “kami beriman kepada Rabb anak muda ini”. 2
  2. Seseorang yang mengucapkan kalimat لَاإِلَهَ إلَّا الله(La ilaha illallah) dengan ikhlas, ia akan dibukakan pintu-pintu langit, dihapus dosa-dosanya, dan diharamkan Allah k masuk neraka.3
  3. Orang yang berwudhu dengan ikhlas akan dihapuskan dosa-dosanya. (HR Muslim).
  4. Orang yang bersujud dengan ikhlas, ia akan diangkat derajatnya oleh Allah dan dihapuskan satu kesalahan. (HR Ahmad, Tirmidzi dan Nasa-i).
  5. Orang yang berpuasa dengan ikhlas, ia akan dihapuskan dosa-dosanya yang lalu. (HR Bukhari).
  6. Orang yang pergi shalat berjama’ah di masjid dengan ikhlas, maka setiap langkahnya menuju masjid akan menghapuskan dosa dan mengangkat derajatnya sampai masuk masjid. Dan bila ia masuk masjid, maka malaikat bershalawat atasnya dan mendo’akannya:

“Ya Allah, berilah rahmat kepadanya. Ya Allah, ampunilah dosa-dosanya. Ya Allah, terimalah taubatnya”.

Selama di tempat shalat itu ia tidak mengganggu orang lain dan selama belum hadats (belum batal). (HR Bukhari dan Muslim. Secara lengkap lihat Riyadhush Shalihin, no. 11).

  1. Orang yang ikhlas dalam bershadaqah, ia termasuk tujuh golongan yang akan mendapat perlindungan dari Allah pada hari kiamat kelak. (HR Bukhari dan Muslim).
  2. Orang yang ikhlas membangun masjid, maka ia akan dibangunkan rumah di surga. (HR Ahmad, Bukhari, Muslim dan lainnya)
  3. Orang yang tawadhu‘ dengan ikhlas karena Allah, ia akan diangkat derajatnya oleh Allah. (HSR Muslim).
  4. Ada tiga perkara yang menjadikan hati seorang mukmin tidak menjadi seorang pengkhianat, yaitu : ikhlas beramal karena Allah, memberikan nasihat yang baik kepada pemimpin kaum muslimin, dan senantiasa komitmen kepada jama’ah kaum Muslimin. (HR Bazzar, dari sahabat Abu Said Al Khudri dengan sanad hasan. Lihat Shahih Targhib Wat Tarhib 1/104-105, no. 4).
  5. Ummat ini akan ditolong oleh Allah dengan orang-orang yang lemah, karena keikhlasan mereka. Rasulullah ﷺ bersabda :

إِنَّمَا يَنْصُرُ اللَّهُ هَذِهِ الأُمَّةَ بِضَعِيْفِهَا : بِدَعْوَتِهِمْ وَصَلَاتِهِمْ وَإِخْلَاصِهِمْ

Sesungguhnya Allah menolong ummat ini dengan orang-orang yang lemah dengan do’a, shalat dan keikhlasan mereka. (HSR Nasa-i, 6/45).

  1. Orang yang ikhlas akan ditolong oleh Allah عزوجل dari penyesatan iblis. (QS Shad : 82-83).
  2. Orang yang ikhlas akan ditambah petunjuk Allah عزوجل . (QS Al Kahfi : 13).
  3. Orang yang berdzikir dengan ikhlas dan sesuai dengan Sunnah, maka ia akan diberi ketenangan hati (QS Ar Ra’d : 28).

BEBERAPA FAKTOR YANG DAPAT MENDUKUNG IKHLAS

Ada beberapa faktor yang dapat mendukung seorang muslim, sehingga mampu melakukan ibadah dengan ikhlas karena Allah, kendati pun ikhlas itu sangat sulit. Beberapa faktor tersebut ialah:

  1. Belajar menuntut ilmu yang bermanfaat, yaitu mempelajari Al Qur‘an dan As Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih, karena mereka berada di atas kebenaran.
  2. Berteman dengan orang-orang shalih. Ini termasuk faktor yang dapat mendorong keikhlasan. Berteman dengan orang-orang yang shalih dapat memotivasi diri untuk mengikuti jejak dan tingkah laku mereka yang baik, mengambil pelajaran dan mencontoh akhlak mereka yang baik. Rasulullah ﷺ memberikan perumpamaan tentang sahabat yang baik dan yang tidak baik dengan sabda Beliau ﷺ , yang artinya: Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk, ialah seperti pembawa minyak wangi dan peniup tungku api (pandai besi). Pembawa minyak wangi boleh jadi akan memberimu, bisa jadi kamu akan membeli darinya. Dan kalau tidak, kamu akan mendapat bau harum darinya. Sedangkan peniup tungku api (pandai besi), boleh jadi akan membakar pakaianmu, dan bisa jadi engkau mendapatkan bau yang tidak sedap darinya. (Muttafaqun ‘alaihi, dari Abu Musa Al Asy’ari).
  3. Membaca sirah (perjalanan hidup) orang-orang yang ikhlas. Di antara karunia Allah, banyak kisah yang Allah sebutkan di dalam Al Qur‘an dan dikisahkan oleh Rasulullah ﷺ tentang orang-orang yang mukhlis. Semua itu agar menjadi ibrah dan contoh bagi orang-orang sesudahnya.
  4. Bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu. Seseorang tidak akan dapat mencapai keikhlsan kalau tidak bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu, kecintaan kepada kedudukan dan ketenaran, gila harta, sanjungan, dengki, dendam, dan lain-lainnya.
  5. Berdo’a dan memohon pertolongan kepada Allah. Ini termasuk salah satu jalan yang bisa menguatkan dan menopang agar seseorangbersungguh-sungguh untuk ikhlas dalam ibadah. Doa adalah senjata orang mukmin. Untuk dapat mewujudkan permintaan dan memenuhi kebutuhannya, manusia disyariatkan Allah agar berdoa. Di antara doa itu ialah :

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُبِكَ مِنْ أَنْ نُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا نَعْلَمُهُ وَ نَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا نَعْلَمُ

Ya, Allah. Sesungguhya kami berlindung kepadaMu agar tidak menyekutukanMu dengan sesuatu yang kami ketahui. Dan kami memohon ampun kepadaMu dari sesuatu yang kami tidak mengetahuinya. (HSR Ahmad 4/403 dan sanadnya hasan. Hadits ini diriwayatkan juga oleh Imam lainnya).

Mudah-mudahan Allah menjadikan kita orang yang ikhlas, sehingga seluruh amal kita bisa diterima sebagai simpanan yang bermanfaat kelak. Wallahu ‘alamu bish shawab.


Footnote:

1) Secara lengkap kisah hadits ini dapat dilihat dalam kitab Riyadhush Shalihin, no. 13, Tahqiq Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, Bab Ikhlas.

2) Selengkapnya kisah ini dapat dilihat dalam kitab Riyadhush Shalihin, no. 31, Bab. Shabar.

3) Hadits-hadits ini dikumpulkan dari beberapa hadits yang hasan dan shahih dari kitab Shahih Jami’ush Shaghir, oleh Syaikh Al Albani.


Maraji:

  • Riyadhush Shalihin, tahqiq Syaikh Al Albani.
  • Bahjatun Nadhizirin Syarah Riyadhush Shalihin, Syaikh Salim bin ‘Id Al Hilali.
  • Shahih Muslim dan syarahnya, Imam An Nawawi
  • Sunan Ibnu Majah dan Shahih Ibnu Majah.
  • Musnad Imam Ahmad.
  • Asma’ Wa Shifat, Imam Baihaqi, tahqiq Imaduddin Ahmad Haidar.
  • Hilyatul Aulia, Abu Nua’im Al Ashbahani, Cet. I Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah.
  • Madarijus Salikin, Juz 2, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah.
  • Majmu’ Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.
  • At Targhiib Wat Tarhib, Juz 1, Imam Al Mundziri.
  • Al Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, Imam An Nawawi.
  • Badai’ul Fawa-id, oleh Ibnul Qayyim Al Jauziyyah, tahqiq Basyir Muhammad ‘Uyun, Cet. II, Tahun 1425 H.
  • Minhajus Sunnah, Juz 6, Ibnu Taimiyyah.
  • Jami’ul ‘Ulum Wal Hikam, oleh Ibnu Rajab Al Hanbali.
  • Iqadhul Himam Al Muntaqa Min Jami’il ‘Ulum Wal Hikam, Syaikh Salim Al Hilali.
  • Shahih At Targhib Wat Tarhib, Syaikh Al Albani.
  • Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, Juz 6, no. 2656.
  • Shahih Jamiush Shaghir.
  • Majmu’ Fatawa War Rasa-il, Juz 1, Syaikh Utsaimin.
  • Tafsir Ibnu Katsir.
  • Tazkiyatun Nufus, Dr. Ahmad Farid.
  • Al Ikhlas, Dr. Umar Sulaiman Al Asyqar.
  • Al Ikhlas, Syaikh Husain Al Awayisyah.
  • Al Ikhlas Was Syirkul Asghar, Abdul Aziz Al Abdul Latif.
  • Dalilul Falihin Lithuruq Riyadhus Shalihin, Muhammad Allan Ash Shiddiqi.
  • Kalimatul Ikhlas Wa Tahqiqu Ma’naha, Ibnu Rajab Al Hanbali.
  • At Tawassul Anwa’uhu Wa Ahkamuhu, Syaikh Al Albani.

Majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun IX/1426H/2005M


Artikel asli: https://majalahassunnah.net/artikel/keutamaan-ikhlas/